BREAKING NEWS

“Diblokir Saat Konfirmasi, Khotib: Ini Bukan Sekadar Kasus Pasir, Ini Serangan Terhadap Pers!”





Banten//Gemabanten.com — Geger di kalangan jurnalis dan aktivis Banten. Setelah mencoba menjalankan tugas konfirmasi atas dugaan pencurian pasir laut di wilayah pesisir Banten, bukan jawaban klarifikasi yang diterima, melainkan pemblokiran nomor WhatsApp oleh pihak PT WKC.


Yang lebih mencengangkan, bukan hanya wartawan lapangan — bahkan Ketua Umum Presidium Forwatu Banten, Arwan, dan Kaperwil Tabloid Pilar, Achmad Khotib, juga mengalami hal serupa.

Nomor WhatsApp keduanya diblokir tanpa alasan setelah mereka ikut menindaklanjuti konfirmasi dan meminta penjelasan resmi dari perusahaan.


Publik pun bergejolak.

Apa yang sebenarnya disembunyikan PT WKC?


Langkah memblokir jurnalis dianggap tidak hanya melanggar etika komunikasi, tapi juga bukti ketakutan dan upaya sistematis membungkam suara rakyat.

Apalagi, kasus ini menyangkut sumber daya alam — pasir laut — yang merupakan milik negara dan menyangkut nasib masyarakat pesisir.


“Kalau mereka bersih, kenapa takut dikonfirmasi? Kenapa malah blokir wartawan dan aktivis? Ini jelas ada bau busuk yang ingin ditutupi,”

tegas Arwan, Ketua Umum Presidium Forwatu Banten.




Arwan menegaskan, tindakan seperti ini tidak bisa ditoleransi. Ia menilai, pemblokiran komunikasi terhadap jurnalis merupakan bentuk nyata pembungkaman demokrasi dan penghalangan kerja pers.


“Kebenaran tidak bisa diblokir. Forwatu Banten tidak akan diam. Kami akan terus bersuara meski semua nomor kami dibungkam!”

lanjut Arwan dengan nada membara.




Tak kalah keras, Kaperwil Tabloid Pilar, Achmad Khotib, yang juga menjadi korban pemblokiran, menilai tindakan PT WKC adalah bentuk arogansi perusahaan yang panik menghadapi fakta.


“Kami wartawan bukan musuh. Kami bekerja untuk kebenaran dan publik. Tapi ketika nomor kami diblokir hanya karena bertanya soal kebenaran, itu tanda jelas — mereka takut! Ada sesuatu yang busuk di balik pengerukan pasir laut itu,”

tegas Achmad Khotib dengan suara bergetar menahan amarah.




Ia menambahkan, tindakan seperti ini justru memanaskan suasana dan mempertebal kecurigaan publik.


“Semakin mereka bungkam kami, semakin kuat kami bicara. Publik berhak tahu siapa yang menguras laut Banten demi kepentingan pribadi!” katanya.




Warga pesisir pun ikut angkat suara. Aktivitas kapal pengeruk pasir laut yang diduga terkait PT WKC disebut semakin gencar, bahkan di malam hari. Akibatnya, abrasi makin parah, dan banyak lahan warga mulai tergerus.


“Air laut sudah masuk kebun. Rumah kami mulai terkikis. Tapi ketika wartawan mau klarifikasi, malah diblokir. Apa ini bukan kesengajaan?” ujar salah satu warga dengan nada marah.




Sampai berita ini diturunkan, PT WKC tetap bungkam. Tidak ada tanggapan, tidak ada klarifikasi. Semuanya diam — seolah ingin menutupi jejak operasi di laut.


Kini bola panas berada di tangan aparat penegak hukum dan pemerintah daerah.

Apakah hukum berani menyentuh mereka yang berdasi dan berkuasa di balik pengerukan pasir laut Banten?


Forwatu Banten dan Tabloid Pilar menegaskan, mereka tidak akan mundur selangkah pun.

Kebenaran akan tetap disuarakan, meski nomor-nomor mereka diblokir berkali-kali.


“Kami bukan wartawan bayaran. Kami penjaga suara rakyat. Dan kami akan terus menghantam siapa pun yang berani merampok kekayaan alam negeri ini,”

tutup Achmad Khotib, Kaperwil Tabloid Pilar.



Sumber : Achmad Khotib Forward Banten

Posting Komentar
ADVERTISEMENT